Thursday, December 22, 2016

Sistim Pemeliharaan Ternak Sapi Perah

aos.iacpublishinglabs.com

Terdapat 2 sistem pemeliharaan sapi perah, yakni TMR (Total Mixed Ration) atau Zero Grazing dan Grass-based System.
TMR (Total Mixed Ration) atau Zero Grazing. TMR adalah metode pemberian pakan sapi perah yang mengkombinasikan hijauan, biji-bijian, protein, mineral, vitamin, dan pakan aditif dalam satu bentuk pakan. Di Indonesia TMR biasa disebut dengan pakan komplit. Dengan metode pemberian pakan komplit ini, sapi perah menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam kandang dan keluar kandang hanya untuk exercise. Sistem TMR ini membutuhkan input usaha yang tinggi untuk mengkondisikan lingkungan kandang yang mendukung produksi sapi perah, namun sistem ini menghasilkan output yang tinggi pula. Sebab dengan bibit dan manajemen yang tepat, sistem ini bisa membuat sapi perah menghasilkan susu berkuantitas dan berkualitas tinggi. Dengan sistem TMR, ada beberapa keuntungan yang didapat antara lain, tersedianya pakan di segala musim, termanfaatkannya limbah pertanian, terpenuhinya nutrisi ternak sehingga menghasilkan produksi yang tinggi, serta memudahkan kegiatan manajemen. Namun begitu sapi sistem ini menuai kontra karena tingkat kesejahteraan ternak/animal welfare yang rendah yakni ternak diperlakukan seperti mesin penghasil susu serta rawan berkembangnya penyakit-penyakit seperti mastitis.
Grass-based system. Grass-based system adalah sistem pemeliharaan sapi perah yang mana ternak dibiarkan memakan pakannya langsung di padang penggembalaan. Dengan sistem ini, peternak harus memanajemen padang gembala sehingga terdapat rumput untuk dimakan ternak setiap harinya. Namun begitu di daerah dengan 4 musim, misalnya Amerika, rumput hanya tersedia selama 6 bulan, sehingga bulan-bulan sisanya peternak harus menyediakan pakan alternatif bagi sapi perahnya. Sistem ini merupakan sistem pemeliharaan tradisional untuk sapi perah. Berdasar pengalaman pada tahun 1950an sistem ini banyak ditinggalkan oleh peternak di Amerika dan Britania Raya. Namun begitu penggunaannya melonjak kembali pada tahun 1980an karena pemeliharaan dengan sistem ini dinilai lebih ekonomis. Sebanding dengan inputnya, pemeliharaan sapi perah dengan sistem ini tidak menghasilkan produksi susu yang optimal karena peternak kesulitan memanajemen nutrisi yang dikonsumsi oleh sapi perah. Akhirnya produksi susu dari hari ke hari pun menjadi bervariasi.  

No comments:

Post a Comment

author
Reyki Reyvalda
Sedikit bisa desain, resep mengbal, bageur, bener, pinter. Mau kaos hadé? Cék didieu lur!