Seperti personal blog pada umumnya. Ti reyki jang balaréa

Halo agan agan sekalian yang berbahagia! kembali bersama saya setelah sekian lama tidak bertemu hehe. Okey to the point aja ya! di postingan kali ini ane mau share sedikit trick to solve some problem yang biasanya muncul saat agan ingin buka aplikasi. Contoh di permasalahan ane adalah pada saat buka program CorelDraw X8 (biasanya di versi sebelumnya yaitu X4 X5 X6 dan X7) muncul error box seperti ini:
Disitu tertera tulisan "The program can't start because mfc140u.dll is missing from your computer. Try reinstalling the program to fix this problem"

Nah, untuk mengatasi masalahnya adalah:
1. Microsoft Visual C++ Redistributable 2015 (Visual C++ Redistributable for Visual Studio 2015) belum terinstall. Sehingga agan perlu install di pc agan, agan bisa download disini

2. Jika saat install ternyata Failed seperti gambar ini:

Agan tinggal buka program and features di control panel terus cari deh Microsoft Visual C++ Redistributable 2015 (x64) / (x86) terus double click hingga muncul box seperti gambar ini:
Klik repair hingga proses selesai.

Kemudian buka kembali aplikasi yang error tadi (mfc140u.dll missing) dan "ossasss!" aplikasi berhasil terbuka kembali.

Nah, begitu gan cara mengatasi error "The program can't start because mfc140u.dll is missing from your computer...." Jika agan masih punya kendala, jangan ragu untuk bertanya di kolom komentar. Terimakasih semoga membantu.


Incoming search terms: Install failed visual c++ 2015, Cara mengatasi error Coreldraw X8 The program can't start because mfc140u.dll is missing from your computer. Try reinstalling the program to fix this problem.
http://disehat.com/

Ayrshire cattle  adalah jenis sapi perah yang berasal dari daerah Ayr, Skotlandia, Britania Raya. Diperkirakan ia ditemukan pada akhir abad 17, asal usul persilangannya tidak diketahui hingga saat ini. Pola bulunya menyerupai sapi FH, yakni berwarna putih dengan semburan warna cokelat kemerahan. Ayrshire adalah sapi kelas medium, beratnya berkisar antara 450-600 kg. Temperamennya tenang, ia mampu berproduksi baik di berbagai iklim, khususnya di daerah Skotlandia. Produksi susunya sejumlah 8500 hingga 10.000 liter per satu masa laktasi.
Brown Swiss adalah sapi perah asal Switzerland dengan produksi susu terbanyak kedua setelah sapi FH. Brown Swiss termasuk dalam kelas besar/large, berat betinanya berkisar antara 590-640 kg, sedangkan berat pejantan bisa mencapai 910 kg. Warna bulunya putih, abu-abu, hitam, hingga kecoklatan. Keunggulan Brown Swiss adalah adaptasinya yang baik serta mampu berproduksi tanpa banyak perawatan.
Busa Cattle berasal dari Balkan, telah ada sejak zaman Neolitikum. Ciri-ciri fisiknya bervariasi mulai dari merah, abu-abu, hingga hitam. Beratnya berkisar antara 230-430 kg. Mereka resisten terhadap penyakit, bisa dipelihara dengan manajemen minim, dan produktif meski ukurannya kecil. Produksi susunya sejumlah 1400 kg/masa laktasi. Keunikan sapi dwiguna ini adalah ia tertib dengan membuang kotorannya pada satu tempat saja, tidak menyebar seperti sapi-sapi lainnya.
Canadienne Cattle dikembangkan di Kanada setelah diimpor dari Britania antara abad ke 16 dan 17, namun sekarang populasinya langka. Karakteristik fisiknya adalah berwarna hitam dengan paduan cokelat, berat berkisar antara 400-800 kg, bentuk kepala panjang, serta profil tubuh yang berkarakter.
Dairy Shorthorn/Milking Shorthorn adalah persilangan dari sapi Teeswater dan Durham dari Inggris pada akhir abad ke 18. Karakteristik fisiknya adalah bulu berwarna merah, putih, atau perpaduan keduanya, berat berkisar antara 550-650 kg untuk betina. Temperamennya jinak dan mudah pemeliharaannya. Populasinya kini sudah jarang, transfer embrio digunakan untuk mengembangkan populasinya.
Dexter Cattle adalah jenis sapi dwiguna yang berasal dari Irlandia dan ditemukan pada abad ke 18. Sapi ini termasuk kecil, beratnya hanya 350-460 kg, bulunya berwarna merah, hitam, dan kecoklatan. Ia disukai sebagai ternak keluarga karena ukurannya serta penanganannya yang mudah, produksi susunya juga dinilai cukup memenuhi kebutuhan keluarga kecil.
Guernsey Cattle berasal dari Guernsey, hasil domestikasi sapi-sapi terbaik di Prancis. Karakter fisiknya adalah bulunya berwarna keemasan dengan paduan warna putih, beratnya berkisar antara 640-900 kg. Susunya mengandung lemak yang tinggi. Seperti FH, sapi ini merupakan pemroduksi susu yang efisien.
Holstein-Friesian Cattle/FH adalah sapi yang berasal dari Belanda, merupakan hasil persilangan sapi Batavian dan Friesian. FH memiliki bulu bercak besar hitam dan putih. FH adalah sapi perah yang paling banyak dikembangkan di dunia saat ini karena adaptasinya yang baik serta efektivitasnya dalam mengubah pakan menjadi susu. Produksi susunya di Indonesia bisa mencapai 20 liter/hari.
Illawarra Cattle adalah sapi asli Australia dengan ciri-ciri warna bulu merah, putih, kadang juga perpaduan keduanya, bulunya cenderung berwarna gelap, serta bertanduk pendek. Sapi dwiguna ini bisa menghasilkan 40 liter susu sehari, dengan kandungan protein tinggi. Ia memiliki adaptasi serta temperamen yang baik.
Irish Moiled adalah sapi dwiguna asli Irlandia yang sejak tahun 1970 populasinya mulai langka. Ciri fisiknya adalah bulu berwarna kemerahan dengan bercak-bercak putih di seluruh tubuh. Bobot badan bisa mencapai 650 kg. Ia disukai karena umurnya yang panjang, mudah dalam pengembangbiakan, serta kemampuannya berproduksi dalam suhu dingin yang ekstrim.
Jersey Cattle adalah sapi yang berasal dari Pulau Jersey, terkenal karena susu serta produk menteganya yang lezat nan berkualitas. Warna bulunya cokelat keemasan, berat betina berkisar antara 360-550 kg sedangkan 550-820 kg untuk pejantan. Sapi Jersey diakui sebagai produsen susu terbanyak diantara sapi-sapi perah yang lain, ia juga merupakan pemakan yang efisien. Ia mudah untuk dikembangbiakkan serta mampu beradaptasi baik di cuaca panas.
American Milking Devon awalnya merupakan sapi asal Inggris yang dibawa ke Amerika Utara pada tahun 1600-an. Sapi jenis dwiguna ini memiliki bulu merah dengan tanduk putih bergaris hitam di ujungnya. Bobot betinanya berkisar antara 500-730 kg. Temperamen American Milking Devon bergantung pada perlakuan, ia memiliki masa hidup yang panjang, mampu memproduksi susu dengan kualitas pakan yang tergolong rendah, ia juga mudah untuk dikembangbiakkan.
Norwegian Red merupakan hasil persilangan antara beberapa sapi seperti Ayshires, Swedish Red-and-Whites, Friesian, serta Holstein pada tahun 1961. Norwegian Red betina memiliki bobot rata-rata 495 kg sedangkan pejantan 900 kg. Bulunya berwarna merah kecoklatan berpadu dengan putih, ia memiliki postur daging yang kokoh. Produksi susunya mencapai 5804 kg/masa laktasi.
Red Poll berasal dari Inggris, ia dikembangkan pada abad 18 dan merupakan sapi dwiguna. Warna tubuhnya cokelat gelap, bobotnya berkisar antara 550-820 kg. Ia dikenal sebagai penghasil karkas serta susu yang baik. Ia memiliki temperamen yang tenang dan mudah ditangani.

aos.iacpublishinglabs.com

Terdapat 2 sistem pemeliharaan sapi perah, yakni TMR (Total Mixed Ration) atau Zero Grazing dan Grass-based System.
TMR (Total Mixed Ration) atau Zero Grazing. TMR adalah metode pemberian pakan sapi perah yang mengkombinasikan hijauan, biji-bijian, protein, mineral, vitamin, dan pakan aditif dalam satu bentuk pakan. Di Indonesia TMR biasa disebut dengan pakan komplit. Dengan metode pemberian pakan komplit ini, sapi perah menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam kandang dan keluar kandang hanya untuk exercise. Sistem TMR ini membutuhkan input usaha yang tinggi untuk mengkondisikan lingkungan kandang yang mendukung produksi sapi perah, namun sistem ini menghasilkan output yang tinggi pula. Sebab dengan bibit dan manajemen yang tepat, sistem ini bisa membuat sapi perah menghasilkan susu berkuantitas dan berkualitas tinggi. Dengan sistem TMR, ada beberapa keuntungan yang didapat antara lain, tersedianya pakan di segala musim, termanfaatkannya limbah pertanian, terpenuhinya nutrisi ternak sehingga menghasilkan produksi yang tinggi, serta memudahkan kegiatan manajemen. Namun begitu sapi sistem ini menuai kontra karena tingkat kesejahteraan ternak/animal welfare yang rendah yakni ternak diperlakukan seperti mesin penghasil susu serta rawan berkembangnya penyakit-penyakit seperti mastitis.
Grass-based system. Grass-based system adalah sistem pemeliharaan sapi perah yang mana ternak dibiarkan memakan pakannya langsung di padang penggembalaan. Dengan sistem ini, peternak harus memanajemen padang gembala sehingga terdapat rumput untuk dimakan ternak setiap harinya. Namun begitu di daerah dengan 4 musim, misalnya Amerika, rumput hanya tersedia selama 6 bulan, sehingga bulan-bulan sisanya peternak harus menyediakan pakan alternatif bagi sapi perahnya. Sistem ini merupakan sistem pemeliharaan tradisional untuk sapi perah. Berdasar pengalaman pada tahun 1950an sistem ini banyak ditinggalkan oleh peternak di Amerika dan Britania Raya. Namun begitu penggunaannya melonjak kembali pada tahun 1980an karena pemeliharaan dengan sistem ini dinilai lebih ekonomis. Sebanding dengan inputnya, pemeliharaan sapi perah dengan sistem ini tidak menghasilkan produksi susu yang optimal karena peternak kesulitan memanajemen nutrisi yang dikonsumsi oleh sapi perah. Akhirnya produksi susu dari hari ke hari pun menjadi bervariasi.  
nemobeef.com

Demi memproduksi daging secara maksimal dengan kualitas yang memuaskan, sapi potong dipelihara dengan berbagai sistem pemeliharaan. Terdapat 3 sistem pemeliharaan sapi potong, yakni sistem pemeliharaan intensif, ekstensif, dan semi intensif. Masing-masing sistem pemeliharaan tersebut memiliki sejarah tersendiri yang berkaitan dengan perkembangan peradaban manusia.
Sistem Pemeliharaan Intensif. Sistem pemeliharaan intensif adalah pemeliharaan sapi di kandang dengan faktor lingkungan biotik serta abiotik yang dikontrol sepenuhnya oleh manusia. Faktor lingkungan biotik yang dimaksud adalah pakan, bakteri, virus, serta pekerja. Sedangkan faktor lingkungan abiotik adalah kandang, limbah, peralatan kandang, tempat pakan, tempat minum, dll. Sistem pemeliharaan intensif adalah sistem pemeliharaan modern, ditemukan pada abad ke 19 seiring dengan perkembangan teknologi dan sains, khususnya vaksin dan vitamin untuk ternak. Dengan pengontrolan penuh terhadapi faktor lingkungan, diharapkan dapat dihasilkan produk daging berkualitas tinggi nan bebas penyakit dalam waktu yang relatif singkat dibanding sistem pemeliharaan lainnya. Sistem ini memungkinkan pemeliharaan ternak dalam kuantitas yang besar di lahan yang sempit. Terlepas dari perannya dalam memenuhi kebutuhan bahan pangan secara efektif dan efisien, sistem pemeliharaan intensif menuai kontra terkait kesejahteraan hewan/animal welfare, andilnya dalam memunculkan virus-virus baru, serta dampaknya terhadap lingkungan.
Sistem Pemeliharaan Ekstensif. Sistem pemeliharaan ekstensif adalah sistem pemeliharaan sapi di luar kandang. Sapi dibiarkan merumput hingga beristirahat di padang penggembalaan. Biasanya disediakan tempat bernaung alami (pohon) atau buatan. Sistem pemeliharaan ekstensif adalah sistem pemeliharaan sapi potong secara tradisional. Tantangan terbesar dari pemeliharaan secara ekstensif adalah pengendalian lingkungan, khususnya berkaitan dengan penyakit. Input usaha dengan sistem pemeliharaan ekstensif tergolong rendah dibanding sistem pemeliharaan intensif. Sistem ini banyak digunakan di negara-negara seperti Afrika, serta Australia. Di Indonesia sendiri, sistem pemeliharaan sapi potong secara ekstensif bisa ditemukan di daerah-daerah yang memungkinkan terdapatnya padang penggembalaan seperti Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat.
Sistem Pemeliharaan Semi-intensif. Sistem pemeliharaan semi-intensif adalah perpaduan dari pemeliharaan secara intensif dan ekstensif. Sapi dibiarkan merumput pada pagi hari lalu pada sore hari ia dimasukkan kembali ke kandang. Keuntungan dari sistem pemeliharaan semi-intensif adalah membutuhkan lebih sedikit energi dibanding sistem pemeliharaan intensif, membutuhkan lahan lebih sedikit dibanding sistem pemeliharaan ekstensif, ternak masih bisa bergerak bebas dan bertingkah laku secara alami, serta masih terdapat kesempatan untuk memanajemen kesehatan ternak. 
mamashealth.com

Budidaya sapi tentu tidak terlepas dari kendala-kendala maupun penyakit. Sakit sendiri merupakan kondisi terserangnya tubuh sehingga tidak mampu berfungsi dengan baik. Penyakit pada sapi bisa disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, maupun kesalahan manajemen. Berikut adalah beberapa penyakit yang menyerang ternak sapi:
Kembung
Kembung adalah kondisi membesarnya rumen karena gas akibat tidak terjadinya proses eruktasi, baik eruktasi yang disebabkan oleh gas bebas yang ada dalam rumen maupun gas yang terperangkap dalam busa-busa dalam rumen sapi. Kembung diciri-cirikan dengan gejala membesarnya perut bagian kiri dan bila dipegang cukup keras, ternak sulit bernapas, nafsu makan menurun, ternak gelisah, hingga tidak dapat berdiri. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kembung adalah tidak memberikan hijauan segar apalagi yang muda di pagi hari, memberikan hijauan yang kering atau sudah dilayukan dahulu, serta hijauan yang diberikan sebaiknya tidak berukuran terlalu kecil untuk memperlambat kerja mikroorganisme rumen. Kembung dapat mengakibatkan kematian apabila tidak segera ditangani. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengobati sapi yang kembung, antara lain : penggunaan obat anti foam atau anti busa atau dapat diganti dengan minyak goreng juga minyak kelapa, penggunaan stomach tube atau sonde lambung, pelubangan perut sapi menggunakan trokar, maupun menggunakan berbagai resep obat tradisional.
PMK (Penyakit Mulut dan Kuku)
Penyakit mulut dan kuku adalah penyakit menular yang menyerang hewan berkuku genap dengan gejala klinis terdapat lepuh-lepuh berupa tonjolan bulat yang berisi cairan limfe pada rongga mulut, lidah sebelah atas, bibir sebelah dalam, gusi, langit-langit, lekukan antara kaki dan di ambing susu. PMK disebabkan oleh virus tipe O dengan ukuran 10-20 milimkikron. PMK berdampak pada menurunnya produktivitas kerja ternak, penurunan bobot hidup, serta gangguan fertilitas. Pengobatan dilakukan dengan memberikan antibiotik.
Pink Eye
Pink Eye adalah penyakit mata menular dengan gejala klinis mata ternak memerah, peradangan pada konjungtiva, dan kekeruhan pada kornea mata. Penyakit ini menimbulkan kerugian karena sapi yang terinfeksi Pink Eye akan mengalami penurunan berat badan, susu sapi perah yang terinfeksi Pink Eye juga harus dibuang. Pink Eye pada sapi paling sering disebabkan oleh bakteri M. Bovis dan Neisseria catarrhalis. Pengobatan Pink Eye dapat dilakukan dengan pemberian penicillin, streptomycin, gentamycin, dll. Secara tradisional penyakit ini bisa diatasi dengan pemberian air perasan jeruk purut pada mata yang terserang Pink Eye. Sementara itu pencegahannya bisa dilakukan dengan sanitasi kandang secara teratur, vaksinasi, menjaga kualitas pakan, dan menjaga kepadatan kandang. Sapi yang terkena Pink Eye parah sebaiknya dihindarkan dari paparan sinar matahari langsung serta diisolasi karena Pink Eye dapat menular melalui sekresi mata atau secara tidak langsung melalui vektor lalat, debu, dan percikan air yang tercemar oleh bakteri.
Anthrax
Anthrax adalah penyakit infeksi menular akut, ia termasuk dalam zoonosis, disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis, yakni bakteri yang memiliki kemampuan menghasilkan endospora tinggi sehingga kebal terhadap desinfektan. Gejala klinis Anthrax adalah suhu tubuh 41-42˚C, kehilangan nafsu makan, edema di sekitar leher, hidung, kepala, dan scrotum, serta keluarnya darah dari telinga, hidung, dan anus. Sapi yang terinfeksi Anthrax akan mati dalam waktu 1-3 hari. Bangkai sapi yang mati karena Anthrax harus diperlakukan secara hati-hati, manusia jangan sampai melakukan kontak langsung. Bangkai biasanya dikubur atau dibakar. Pencegahan penyakit Anthrax dapat dilakukan dengan vaksinasi, sanitasi yang baik, serta menghindari pemberian hijauan beserta rumputnya. Pengobatan bisa dilakukan dengan antibiotik spektrum luas semacam Penisilin G, Oxytetracyclin, dan Streptomycin.
Scabies
Scabies atau kudis adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei dan menyerang 40 spesies hewan termasuk sapi. Gejala scabies meliputi peradangan dan pembentukan eksudat serta timbulnya rasa gatal. Keropeng pun terbentuk ketika ternak menggosokkan tubuhnya sehingga menimbulkan luka. Terjadi pula keratinasi dan proliferasi yang berlebihan sehingga terjadi penebalan kulit dan pengkeriputan. Hal ini menimbulkan sapi yang terkena Scabies mengalami kerontokan bulu. Nafsu makan sapi pun terganggu. Sapi yang terinfeksi Scabies bisa mati karena malnutrisi. Pengobatan Scabies bisa dilakukan pada kulit, secara oral, maupun paranteral. Obat yang cukup ampuh bagi Scabies adalah Ivermectin yang bisa diberikan secara subkutan maupun oral. Pencegahan Scabies bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan kandang serta pengawasan bagi ternak yang baru masuk. Dikarenakan Scabies ini menular, maka ternak yang terinfeksi Scabies sebaiknya diisolasi dari ternak yang lain.

http://www.usayrshire.com/

Seperti namanya, sapi Ayrshire berasal dari daerah Ayr di Skotlandia, Britania Raya. Awalnya diperkirakan Ayrshire merupakan hasil persilangan antara beberapa jenis sapi dari Eropa dengan sapi lokal yang terjadi pada akhir abad ke 17. Tidak diketahui secara spesifik bangsa-bangsa sapi yang menyumbang karakter pada Ayrshire, namun begitu dahulu sapi-sapi diseleksi dengan hati-hati hingga menghasilkan sapi Ayrshire yang ada saat ini.
Sapi Ayrshire termasuk dalam jajaran sapi favorit para peternak dunia, baik untuk diternakkan sebagai sapi perah maupun tipe pedaging. Karakteristik fisik sapi ini adalah warna bulunya yang putih dengan semburan warna coklat kemerahan. Karakteristik lainnya adalah umumnya sapi Ayrshire ini bertanduk. Kita ketahui bahwa di peternakan keberadaan tanduk ternak sudah tidak fungsional lagi seperti di alam liar. Akhirnya peternak memilih untuk melakukan dehorning pada sapi Ayrshire. Berdasarkan ukurannya, Ayrshire adalah sapi berukuran sedang, beratnya saat dewasa bisa mencapai 12.000 pounds atau setara dengan 5.443,1084 kilogram. Ayrshire terkenal karena ia mudah dipelihara, tidak mudah terserang gangguan pada kaki sehingga cocok merumput di padang yang gersang dan berbatu, serta memiliki temperamen yang tenang.
Yang disukai dari Ayrshire dibanding sapi terdahulu di Skotlandia adalah adaptasinya yang baik terhadap iklim Skotlandia, efisiensinya dalam memproduksi susu, postur tubuh serta ambingnya yang baik, serta komposisi susunya yang cocok untuk dibuat produk mentega dan keju rakyat Skotlandia jaman dahulu. Kandungan lemak pada susunya rata-rata 3,9% sedangkan kandungan proteinnya tergolong tinggi. Produksi susunya bisa berkisar antara 8500 hingga 10.000 liter per satu masa laktasi. Sapi Ayrshire juga cocok dijadikan sapi penghasil daging, kualitas karkasnya baik didukung dengan kerangka badannya yang kokoh, memungkinkan pertumbuhan daging dengan kuantitas tinggi. Fakta unik mengenai sapi Ayrshire ini adalah bahwa ia mampu tidur dengan posisi berdiri.
Persebaran Ayrshire dimulai pada abad ke 18 yakni di Britania Raya dan Amerika. Kini Ayrshire tersebar di berbagai negara di dunia. Namun begitu, di Indonesia sendiri sapi ini ini tidak begitu populer.
guptadairy.com

Apa yang terbayang di otakmu ketika mendengar kata ‘sapi perah’? Hmm, biar ku tebak. Paling tidak kamu pasti membayangkan segelas susu pasteurisasi yang rasanya lezat nan bergizi itu. Paling tidak kamu pasti membayangkan penampakan sapi berwarna hitam-putih yang biasa nongol menghiasi kemasan karton produk susu. Mari berkenalan dengan sosok ikonik di dunia sapi perah dunia, yakni sapi FH.
Ketika imigran dari Eropa menetap di Belanda pada 2000 tahun lalu, mereka menginginkan sapi yang bisa berproduksi tinggi di kondisi iklim Belanda. FYI, Belanda adalah negara dua musim dengan stok pakan ternak yang terbatas. Akhirnya mereka mengawin-silangkan sapi hitam asal Batavian dengan sapi putih asal Friesian. Hasilnya? Lahirlah sapi dengan corak bulu bertotol paduan warna hitam dan putih yang dinamakan Holstein-Friesian atau lebih singkatnya disebut Holstein. Di Indonesia sendiri, sapi ini sering kita sebut sebagai sapi FH.
Sapi FH ini memiliki karakteristik yang sangat cocok dengan kondisi iklim Belanda. Ia mampu berproduksi tinggi dengan sumber pakan terbatas, produksinya pun berlangsung di segala musim. Susu yang dihasilkan sapi FH ini juga memiliki kandungan protein tinggi dan lemak yang rendah. Diketahui, rata-rata produksi susu sapi FH bisa mencapai 25000 pounds atau setara dengan 11.339,81 kg. Di Indonesia sendiri sapi FH bisa menghasilkan 20 liter susu/hari, tetapi rata-rata produksi 10 liter/hari atau 3050 kg susu setiap 1 masa laktasi.
Karakteristik sapi FH yang unggul ini membuat sapi FH banyak digemari. Tahun 1852, Winthrop Chenery, peternak asal Massachusetts memesan sapi FH untuk dikembangkan di Amerika. Persebarannya sapi FH di dunia tidak terlepas dari peran Inseminasi Buatan (IB). Pada akhir tahun 1940 teknik pembekuan semen telah sempurna, hal ini membuat perkembangbiakan sapi FH di seluruh negeri jadi memungkinkan. Diketahui 85% kelahiran sapi FH yang ada merupakan hasil dari perkawinan buatan. Kini sapi FH telah tersebar ke berbagai negara di seluruh penjuru dunia. Keunggulannya dalam hal produksi dan adaptasi banyak diminati oleh peternak, susunya juga disukai baik karena rasa maupun nutrisi. Kini, apabila melihat sapi FH dijadikan ikon produk susu maupun olahan-olahan yang lainnya, kita tidak akan heran lagi. Sebab sapi FH telah menjadi bagian penting  kebudayaan minum susu di dunia.  
author
Reyki Reyvalda
Sedikit bisa desain, resep mengbal, bageur, bener, pinter. Mau kaos hadé? Cék didieu lur!