wellesleyvet.com
Berbeda dengan yang terjadi pada manusia, kebuntingan hewan ternak umumnya dianggap sebagai berkah. Kebuntingan pada hewan ternak bisa berarti banyak hal, diantaranya peternak berhasil dalam menyeleksi indukan serta pejantan, keberhasilan dalam pemeliharaan khususnya pemenuhan gizi ternak, hingga keberhasilan dalam teknis perkawinan. Namun peternak tidak bisa bersenang dahulu, karena keberadaan embrio dalam uterus adalah sebuah awal dari serangkaian usaha yang harus dilakukan agar ternak baru benar-benar lahir ke dunia.
Seperti yang kita pelajari sedari Sekolah Dasar, bahwasanya kebuntingan terjadi karena pertemuan sel sperma dan sel telur yang disebut fertilisasi. Fertilisasi ada karena proses perkawinan secara alami maupun inseminasi buatan. Hal krusial untuk dilakukan setelah ternak dikawinkan adalah deteksi kebuntingan yang dilakukan 8-10 minggu setelah perkawinan. Kenapa krusial? Terdapat beberapa alasan. Diketahui, awal-awal kebuntingan merupakan periode penting dalam perkembangan embrio. Mengetahui kebuntingan sedini mungkin memberikan kesempatan pada peternak untuk memperlakukan ternaknya dengan semaksimal mungkin, khususnya dalam pemberian pakan. Selain itu peternak bisa menghindari perkawinan berulang yang secara ekonomi merugikan. Deteksi kebuntingan juga bermanfaat untuk mengetahui kondisi kebuntingan, berikut kondisi embrio, kelainan-kelainan kebuntingan, maupun kelainan saluran reproduksi.
Ternak bunting bisa diamati dari berbagai gejala fisik yang nampak, antara lain, tidak timbul birahi, volume kelenjar ambing meningkat, serta karakter ternak cenderung tenang. Namun begitu perlu dilakukan metode deteksi bunting yang lain untuk meyakinkan kondisi tersebut. Metode-metode yang bisa dilakukan adalah palpasi rektal, harmon assay, dan penentuan karakteristik kimia fisik daripada sekresi vagina dan serviks. Peternak bisa melakukan deteksi kebuntingan sendiri, asal memahami prinsip-prinsip pengerjaannya. Apabila belum terampil, peternak juga bisa memanfaatkan jasa deteksi kebuntingan yang tersedia di lapangan.
Ada perbedaan-perbedaan dalam pemeliharaan ternak bunting dengan ternak biasa. Yang pertama adalah perbedaan kebutuhan nutrisi. Secara umum, ternak bunting membutuhkan protein dan kalsium yang lebih banyak dari ternak biasa. Kekurangan zat-zat nutrisi ini bisa berakibat kelumpuhan pada induk, kelainan dalam proses kelahiran, maupun produksi susu. Kelebihan pemberian kalsium juga berdampak buruk, antara lain menyebabkan milk fever. Yang kedua adalah lingkungan abiotik induk. Induk yang sedang bunting sebaiknya ditempatkan pada kandang tersendiri untuk memudahkan manajemen. Tidak lupa kebersihan dan kenyamanan kandang harus terus dijaga untuk menghindari stress dan infeksi penyakit. Yang ketiga adalah exercise atau latihan. Latihan bertujuan untuk menjaga kebugaran dan melatih kekuatan induk sehingga proses kelahiran menjadi mudah. Yang keempat adalah persiapan menuju proses kelahiran, berikut booster vaccination dan persiapan tempat kelahiran.
Lama kebuntingan ternak berbeda-beda, tergantung spesies dan bangsanya. Secara umum, kebuntingan pada sapi terjadi selama 278-283 hari, domba 147-148 hari, babi 113-114 hari, dan kuda 336-340 hari. Hal yang sering dikesampingkan dalam usaha pemeliharaan ternak, khususnya dalam penanganan ternak bunting adalah recording atau pencatatan. Padahal recording penting dalam manajemen, khususnya manajemen reproduksi ternak. Recording bisa digunakan untuk mengetahui calving interval atau jarak kelahiran satu dengan kelahiran berikutnya. Data calving interval ini bisa dijadikan landasan bagi peternak untuk menyusun strategi memperpendek calving interval. Dengan begitu diharapkan reproduksi ternak bisa berlangsung dalam waktu yang sesingkat mungkin, sehingga usaha ternak bisa lebih menguntungkan secara ekonomi.
No comments:
Post a Comment